Review Komik Oshi no Ko

review-komik-oshi-no-ko

Review Komik Oshi no Ko. Pada 17 Oktober 2025, satu minggu setelah pengumuman besar di New York Comic Con, penggemar Oshi no Ko masih ramai diskusikan season tiga anime yang siap tayang Januari 2026, lengkap dengan visual musim gugur yang rilis akhir September lalu. Manga karya Aka Akasaka dan Mengo Yokoyari, yang tamat Juni lalu setelah chapter 129, kini jadi benchmark seri idol thriller dengan penjualan gabung manga dan light novel capai puluhan juta kopi sejak 2020. Di tengah rencana guidebook season satu yang rilis Februari 2026 dan kolaborasi baru, seri ini tetap kuat berkat campuran drama gelap, misteri pembunuhan, dan kritik industri hiburan. Season dua anime, yang tutup dengan twist besar soal identitas Aqua, tinggalkan penggemar haus kelanjutan yang janji gali lebih dalam soal balas dendam dan rahasia keluarga. Review ini kupas tiga aspek utama seri di 2025, dari plot yang memikat hingga dampak budayanya, buat paham kenapa Oshi no Ko tak lekang meski manga sudah end. BERITA BOLA

Plot dan Karakter: Balas Dendam yang Berliku di Balik Sorot Lampu: Review Komik Oshi no Ko

Plot Oshi no Ko berpusat pada Aqua dan Ruby Hoshino, kembar yang reinkarnasi dari penggemar dan dokter yang mati tragis, tumbuh di dunia idol Jepang yang penuh intrik. Cerita awal fokus misteri pembunuhan ibu mereka, Ai, tapi berkembang jadi eksplorasi gelap industri hiburan—dari skandal media sosial hingga tekanan mental idol. Manga tamat Juni 2025 dengan resolusi emosional: Aqua selesaikan balas dendam tapi hadapi konsekuensi, tutup arc panjang yang campur thriller dengan slice-of-life keluarga. Season dua anime, adaptasi chapter 50-90, tingkatkan ketegangan dengan twist soal identitas Ruby, bikin setiap episode terasa seperti bom waktu.

Karakter jadi jantungnya. Aqua, dingin tapi didorong trauma, wakili balas dendam dingin yang pelan-pelan retak, sementara Ruby, energik tapi rapuh, tunjukkan sisi idol yang haus pengakuan. Ai Hoshino, ibu legendaris, hadir via flashback sebagai simbol sempurna yang retak, tambah kedalaman tema ketenaran. Pendukung seperti Kana Arima, rival Ruby yang insecure, evolusi dari antagonis jadi teman, bikin dinamika grup B-Komachi terasa nyata. Di chapter akhir, resolusi karakter puas fans: bukan akhir bahagia paksa, tapi realistis dengan luka yang sembuh pelan. Plotnya pintar: setiap misteri selesai, tapi ungkap lapisan baru soal media dan mental health, campur humor ringan seperti promo film Ruby dengan momen gelap yang bikin pembaca terdiam.

Seni dan Gaya: Visual Glamor yang Kontras Gelapnya Cerita: Review Komik Oshi no Ko

Gaya seni Mengo Yokoyari adalah perpaduan glamor dan gritty yang sempurna dukung tema Oshi no Ko: panel lebar sorot panggung idol dengan cahaya neon cerah, tapi zoom ke wajah retak Ai saat flashback ciptakan kontras menusuk. Di chapter 129, ilustrasi akhir seri gambarkan Aqua di bawah lampu panggung, bayang panjang simbol beban masa lalu, dengan garis halus yang beri rasa intim. Adaptasi anime season dua tangkap ini dengan animasi fluid, terutama sequence konser B-Komachi yang penuh warna tapi diseling horor misteri.

Gaya narasi lincah: campur format chapter pendek dengan one-shot flashback, bikin pacing cepat tanpa kehilangan emosi. Visual media sosial in-universe, seperti tweet palsu dan foto paparazzi, tambah rasa autentik dunia idol modern. Meski review sebut akhir manga agak rushed, seni tetep kuat—desain karakter ikonik, dari rambut panjang Ai ke mata tajam Aqua, bikin setiap panel terasa hidup. Di 2025, visual musim gugur baru untuk anime, dengan Ruby dan Aqua berpakaian musim dingin, janji adaptasi season tiga yang lebih berani tangkap esensi gelap Yokoyari. Seni ini tak cuma cantik; ia alat cerita yang ungkap kegelapan di balik kilau.

Dampak dan Popularitas: Thriller Idol yang Ubah Persepsi Hiburan

Oshi no Ko tak lagi sleeper hit; di 2025, seri ini jadi fenomena yang geser genre idol ke thriller dewasa, dengan manga tamat dorong penjualan akhir volume dan guidebook season satu yang rilis Februari 2026. Season dua anime, tayang awal tahun, raih pujian sebagai salah satu adaptasi terbaik, dengan episode akhir yang twisty tingkatkan rating ke 9.0 global. Pengumuman season tiga di NYCC 9 Oktober picu hype, janji kelanjutan arc pasca-tamat yang gali dampak balas dendam Aqua.

Popularitasnya lintas budaya: di Jepang, chapter akhir November 2024 (tapi tamat Juni 2025) picu diskusi soal ending bittersweet, sementara di Barat, seri ini inspirasi meme soal “dark side of fame” dan cosplay Ai di konvensi. Dampaknya luas: kritik tajam terhadap idol culture, dari tekanan image hingga skandal, dorong diskusi mental health di media sosial. Meski akhir manga disebut predictable oleh sebagian, seri ini benchmark—bukti thriller bisa campur pop culture tanpa kehilangan kedalaman.

Kesimpulan

Oshi no Ko di 2025 adalah thriller idol yang tamat epik, dengan plot balas dendam berliku, seni glamor Yokoyari yang kontras gelap, dan popularitas yang ubah genre hiburan jadi lebih introspektif. Dari season dua twist hingga season tiga Januari 2026, seri ini ajarin: di balik sorot lampu, ada cerita manusia yang rapuh. Bagi pemula, mulai anime season satu; bagi fans, ulang ending manga. Pada akhirnya, Oshi no Ko bukti: ketenaran tak abadi, tapi cerita bagus selamanya.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *