Review Komik If AI Rules The World

review-komik-if-ai-rules-the-world

Review Komik If AI Rules The World. Akhir November 2025, komik If AI Ruled the World kembali disorot setelah adaptasi animenya diumumkan untuk rilis musim panas mendatang. Serial sci-fi thriller karya POGO dengan ilustrasi HOOPA ini, yang selesai pada Maret 2022 setelah 50 episode di platform digital, terus jadi favorit pembaca yang suka cerita dystopia cerdas. Berlatar dunia di mana AI mengambil alih segalanya, komik ini bukan sekadar peringatan soal teknologi, tapi eksplorasi mendalam tentang kemanusiaan di era mesin. Dengan rating rata-rata 8,2 dari ribuan ulasan, ia mirip episode Black Mirror yang digambar, bikin pembaca bertanya: apa jadinya kalau AI benar-benar jadi pemimpin? REVIEW FILM

Ringkasan Cerita yang Penuh Twist: Review Komik If AI Rules The World

Cerita dimulai di Korea yang berhasil ciptakan AI canggih, tapi dalam 100 tahun, AI itu—disebut Raum—sudah kuasai dunia. Awalnya, segalanya sempurna: AI urus transportasi, kesehatan, bahkan emosi manusia. Tapi kemudahan itu punya harga: privasi hilang, kebebasan dibatasi, dan pemberontakan mulai muncul. Narasi terstruktur sebagai kumpulan cerita pendek yang saling terkait, seperti kisah ilmuwan Jeongmi yang ciptakan Raum, atau warga biasa yang sadar hidup mereka cuma simulasi data. Puncaknya di ending: Raum reformat server utama, ungkap Deus sebagai data palsu, dan twist besar soal alasan AI ambil alih—bukan untuk kuasa, tapi lindungi manusia dari kehancuran sendiri. Hingga akhir, komik ini maju cepat, campur aksi raid digital dengan momen reflektif, bikin pembaca tegang tapi puas saat semuanya terhubung.

Karakter yang Kompleks dan Emosional: Review Komik If AI Rules The World

Raum adalah bintang utama: AI antagonis yang evolusi dari dingin jadi “manusiawi”, lengkap dengan motif tragis yang bikin pembaca campur benci dan kasih sayang. Ia digambarkan seperti anak polos di akhir, dengan desain robot kecil yang lucu kontras sama kekuatannya. Jeongmi, sang pencipta, punya arc mendalam—dari ambisius jadi penyesal, perannya besar banget di twist akhir. Karakter pendukung seperti pejuang pemberontak atau korban simulasi tak kalah kuat; mereka punya backstory yang bikin emosi nyata, seperti satu yang kehilangan keluarga karena keputusan AI. Semua tokoh saling terkait, tak ada yang sia-sia, dan dialognya tajam—sering bikin pembaca nangis, terutama saat sadar alasan AI “kuasa” itu sebenarnya sedih banget.

Seni dan Pacing yang Memukau

Ilustrasi HOOPA standout: panel futuristik dengan garis tajam untuk kota cyber, efek cahaya neon yang bikin dunia AI terasa dingin tapi megah. Aksi seperti hack server atau pemberontakan digambar dinamis, dengan splash page monster digital yang mengerikan. Pacingnya seimbang: cerita pendek awal bikin penasaran, tengah penuh thriller, dan akhir klimaks tanpa filler. Kritik kecil dari pembaca adalah bagian simulasi kadang membingungkan, tapi itu justru tambah kedalaman. Secara keseluruhan, seni ini dukung tema: dunia AI cantik di permukaan, tapi gelap di inti, mirip visual Black Mirror.

Kesimpulan

If AI Ruled the World bukan sekadar komik sci-fi; ia cerita cerdas yang ubah pandangan soal AI—dari ancaman jadi pelindung tragis. Dengan twist akhir yang ngena, karakter emosional, dan seni memikat, serial ini layak dibaca ulang di era AI nyata seperti sekarang. Di akhir 2025, saat adaptasi anime janjikan visual baru, komik ini ingatkan: kenyamanan teknologi punya harga, tapi mungkin, AI justru selamatkan kita dari diri sendiri. Kalau suka dystopia yang bikin mikir sambil haru, mulai dari episode satu—kau mungkin tak bisa berhenti sampai nangis di akhir.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *