Review Komik “Demon Slayer”

review-komik-demon-slayer

Review Komik “Demon Slayer”. Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba karya Koyoharu Gotouge adalah fenomena global yang membuktikan bahwa kisah klasik bisa kembali bersinar jika dikemas dengan emosi dan keindahan visual yang kuat. Sekilas, ini tampak seperti cerita sederhana tentang manusia melawan iblis, tetapi kekuatan sejatinya terletak pada hubungan keluarga, pengorbanan, dan keteguhan hati. BERITA VOLI

Gotouge tidak hanya menciptakan dunia indah dengan pertarungan memukau, tetapi juga menghidupkan karakter-karakter yang berjuang menghadapi duka dengan penuh makna. Setiap bab adalah perjalanan emosional antara kehilangan dan harapan — sesuatu yang jarang begitu kuat di manga modern.

Dunia yang Indah Tapi Penuh Luka: Review Komik “Demon Slayer”
Cerita dimulai dengan Tanjiro Kamado, pemuda penjual arang yang hidup damai bersama keluarganya di pegunungan. Segalanya berubah saat keluarganya dibantai oleh iblis, dan adik perempuannya, Nezuko, berubah menjadi iblis. Sejak saat itu, Tanjiro bertekad menemukan cara untuk mengembalikan Nezuko menjadi manusia dan membasmi iblis yang menyebabkan penderitaan keluarganya.

Gotouge menampilkan dunia Taisho-era Jepang yang memesona namun kelam. Pertarungan menggunakan pedang berpadu dengan teknik pernapasan yang indah — menciptakan koreografi pertarungan yang nyaris seperti tarian. Namun di balik keindahan itu, ada kesedihan mendalam: para iblis bukan hanya monster, melainkan manusia yang pernah terluka, tersesat, dan kehilangan arah.

Inilah kekuatan Demon Slayer — ia tidak menggambarkan pertarungan sebagai pertempuran antara baik dan jahat semata, tetapi sebagai konflik antar jiwa yang sama-sama menderita.

Karakter dan Perjuangan Kemanusiaan: Review Komik “Demon Slayer”
Setiap karakter di Demon Slayer membawa kisah duka yang memperkuat tema besar tentang penderitaan dan empati. Tanjiro bukan tipikal pahlawan penuh kemarahan. Ia lembut, sabar, dan selalu berusaha memahami musuhnya bahkan ketika melawan mereka. Ia mewakili gagasan bahwa belas kasih bisa menjadi bentuk kekuatan yang paling manusiawi.

Nezuko, sang adik iblis yang tetap menjaga sisi manusianya, adalah simbol harapan. Ia menunjukkan bahwa kebaikan tidak sepenuhnya bisa dihapus meski berada dalam kegelapan. Sementara itu, para pemburu iblis seperti Zenitsu dan Inosuke menghadirkan dinamika emosional dan humor, tanpa kehilangan kedalaman karakter mereka masing-masing.

Namun karakter paling menarik muncul dari para Hashira, delapan pemburu elit dengan latar belakang yang unik dan tragis. Dari Giyu Tomioka yang dingin tapi rapuh, hingga Kyojuro Rengoku yang penuh semangat, Gotouge memastikan setiap tokoh memiliki makna dan pengaruh kuat terhadap perjalanan Tanjiro.

Tidak ada karakter yang terasa sia-sia. Setiap kematian, setiap luka, memiliki bobot emosional yang membuat pembaca benar-benar peduli.

Pertarungan, Emosi, dan Filosofi Hidup
Kekuatan Demon Slayer tidak hanya terletak pada animasinya (yang memecahkan rekor box office Jepang), tetapi juga pada keseimbangan antara aksi dan perasaan. Pertarungan di sini bukan sekadar adu kekuatan, melainkan juga ekspresi dari rasa kehilangan dan cinta.

Gotouge sering kali membuat pembaca simpati bahkan kepada para iblis. Setelah dikalahkan, iblis-iblis itu sering ditunjukkan dalam kenangan masa lalu mereka — bagaimana mereka menjadi jahat bukan karena pilihan, tapi karena rasa sakit yang tidak tertahankan. Ini memberi kedalaman moral luar biasa bagi cerita yang seolah sederhana.

Secara filosofis, Demon Slayer berbicara tentang penerimaan dan keteguhan. Dunia ini kejam, penuh penderitaan, tapi selalu ada alasan untuk bertahan. Tanjiro tidak berjuang untuk membalas dendam, melainkan untuk menyembuhkan — dirinya, keluarganya, dan dunia di sekitarnya.

Hal inilah yang membuat cerita ini menyentuh banyak hati. Dalam setiap ayunan pedang, ada cinta. Dalam setiap air mata, ada pengampunan.

Kesimpulan
Demon Slayer bukan sekadar manga aksi-fantasi, melainkan kisah kemanusiaan dalam bentuk paling tulusnya. Ia mengingatkan pembaca bahwa bahkan di dunia paling gelap, masih ada ruang untuk belas kasih dan harapan.

Koyoharu Gotouge berhasil menulis cerita yang sederhana namun universal. Visual yang memukau berpadu dengan emosi yang jujur, menciptakan pengalaman membaca yang tidak hanya menghibur tapi juga menyentuh batin.

Pada akhirnya, Demon Slayer mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari kebencian, tapi dari kemampuan untuk tetap berbelas kasih — bahkan kepada mereka yang telah menyakiti kita. Sebuah pesan yang abadi, disampaikan dengan darah, air mata, dan keindahan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *