Review Komik Attack on Titan. Oktober 2025, Attack on Titan karya Hajime Isayama lagi naik daun berkat kolaborasi tak terduga: seri manga pendek empat episode dengan Shiseido yang fokus skincare pria, rilis akhir September lalu, bikin fans X ramai bahas “Eren pakai lotion titan apa”. Manga asli, yang tamat 2021 setelah 139 chapter di Bessatsu Shōnen Magazine, awalnya kontroversial karena endingnya tapi kini dipuji sebagai masterpiece shonen dengan penjualan 140 juta kopi global. Di era di mana adaptasi The Final Chapters Special 2 anime tamat 2023, seri ini tetep relevan—dari inspirasi Chainsaw Man sebagai “AoT baru 2025” sampe diskusi Reddit soal review-bombed ending. Dari horor titan raksasa hingga perang siklus kebencian, Attack on Titan beda: campur gore brutal, filosofi kebebasan, dan twist politik yang bikin pembaca mikir ulang soal moral. Artikel ini review manga utama, dari plot sampe plus-minusnya, biar Anda paham kenapa seri ini tetep wajib dibaca meski udah tamat. BERITA BASKET
Ringkasan dari Komik Ini: Review Komik Attack on Titan
Attack on Titan ceritanya pusat di Eren Yeager, remaja Paradis yang sakit hati setelah ibunya dimakan titan, bergabung Survey Corps bareng sahabat Mikasa Ackerman (protektif) dan Armin Arlert (strategis) untuk balas dendam dan ungkap rahasia dunia di balik tembok raksasa. Awalnya survival horror: umat manusia sembunyi dari titan pemakan manusia, pakai ODM gear untuk lawan, tapi twist besar ungkap titan shifter—kekuatan rahasia yang bikin Eren jadi Attack Titan. Saga utama bagi arc-arc epik: Battle of Trost arc perkenalin shifter, Female Titan arc gali pengkhianat, Uprising arc soroti korupsi kerajaan, sampe Rumbling arc klimaks dengan Eren picu kehancuran global via Founding Titan.
Power system-nya unik: titan serum ubah manusia jadi monster, shifter warisi kekuatan via makan, dan Paths dimensi waktu buat manipulasi sejarah. Karakter kunci seperti Reiner (Armored Titan yang conflicted), Zeke (Beast Titan brilian), dan Historia (ratu rahasia) tambah kedalaman, di mana chapter 139 “Toward the Tree on That Hill” tutup cerita dengan Eren mati, Mikasa bunuh dia demi hentikan Rumbling, tapi siklus kebencian berlanjut via anak cucu. Total 34 volume, manga ini loncat dari misteri survival ke perang etnis, dengan spin-off 2025 Shiseido yang twist tema skincare ke “tantangan pria” ala Eren—ringan tapi nostalgia. Ending bittersweet: kebebasan Eren bawa damai sementara, tapi Paths tree janjikan siklus baru.
Kenapa Komik Ini Sangat Untuk Dibaca: Review Komik Attack on Titan
Attack on Titan wajib dibaca karena Isayama ubah shonen jadi epic tragedy yang dewasa, dengan pacing ketat yang bikin satu volume habis dalam napas—beda anime yang kadang extend fight. Visualnya kasar tapi ikonik: panel Rumbling chaos bikin merinding, sementara ekspresi Eren yang berganti dari marah ke putus asa bikin emosional. Di 2025, dengan kolaborasi Shiseido yang trending X, seri ini cocok buat fans yang haus refleksi; Eren bukan hero klasik ala Luffy, tapi anti-hero yang ambil jalan gelap demi “kebebasan”, mirror isu konflik global kayak Palestina atau Ukraine.
Pacing-nya brutal: arc Marley kayak thriller mata-mata, tanpa filler bertele-tele, ideal buat binge-read seminggu. Di YouTube review, opini terkini sebut ending “controversial tapi poetic”, dengan meme “Eren skincare routine” yang bikin diskusi fun. Inspirasi dari Berserk dan Game of Thrones, tapi Isayama tambah twist Paths yang kritik siklus balas dendam—mirip isu rasisme atau perang abadi. Buat pemula, mulai Kodansha digital gratis sampe chapter 20; buat veteran, ini obat haus plot twist kayak basement reveal. Singkatnya, Attack on Titan bukan cuma action—ia cerita soal harga kebebasan, pas buat Oktober yang lagi gelap dan pengen cerita intens tapi mendalam.
Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini
Sisi positif Attack on Titan kuat: world-building Isayama yang detail bikin universe-nya hidup—dari Walls Paradis sampe Marley propaganda—sambil karakter arc-nya mendalam; Armin dari pengecut jadi komandan bijak, Reiner dari villain jadi simbol PTSD. Fight choreography-nya epik, kayak Levi vs Beast Titan yang ubah standar shonen, plus tema kebebasan vs pengorbanan bikin filosofis tanpa pretensius. Di 2025, review MAL sebut “masterpiece” karena twist chapter 139 yang “moving toward the tree”, rating 9.0+ karena gore seimbang emosi. Dampak budaya? Inspirasi Jujutsu Kaisen, Chainsaw Man, sampe diskusi Reddit soal “most interesting anime”, plus kolaborasi Shiseido yang tambah layer fun.
Tapi, negatifnya ada: pacing arc akhir Rumbling terasa rushed, bikin konflik etnis undercooked dan ending “ambiguous” buat sebagian fans—X post sebut “review-bombed” karena Eren “hero or villain”. Violence berlebih dan tema genosida bisa trigger, terutama buat pembaca sensitif, sementara female characters seperti Annie underutilized awalnya. Di Quora, opini sebut “not perfect” karena kurang closure, meski subjektif. Intinya, plusnya dari ambisi besar, minusnya dari ekspektasi tinggi—Isayama ambil risiko ending radikal, tapi kadang overstretch.
Kesimpulan
Attack on Titan di 2025 tetep titan shonen yang tak tergoyahkan, dengan ringkasan saga dari Walls ke Rumbling dan spin-off Shiseido, alasan dibaca lewat visual kasar dan tema dalam, plus keseimbangan positif inovasi dan negatif rushed ending yang bikin debat abadi. Isayama bukti manga bisa campur darah titan, tawa sahabat, dan air mata kebebasan tanpa klise, meski kontroversial. Buat yang belum, mulai sekarang—siapa tahu kolaborasi selanjutnya bawa Eren ke skincare line baru. Di akhir, Attack on Titan ingatkan: kebebasan mahal, tapi tanpa perjuangan, tak ada cerita. Selamat membaca, dan jangan lupa tatap langit—siapa tahu, burung bebas lagi terbang.