Review Film Bad Ending Maker. Di tengah maraknya adaptasi webtoon ke layar lebar yang sering bikin penggemar heboh, “Bad Ending Maker” akhirnya tayang perdana di bioskop pada 15 September 2025, langsung jadi topik hangat di media sosial. Film Korea Selatan ini, disutradarai oleh Park Ji-hoon—sutradara muda yang sebelumnya sukses dengan thriller “Shadow Game”—mengadaptasi manhwa populer karya Lee Hyun-min yang tayang di Webtoon sejak 2022. Cerita tentang seorang game developer yang nekat bikin kehancuran virtual untuk balas dendam terhadap korporasi rakus ini, kini dibalut visual CGI canggih dan cast bintang seperti Kim Soo-hyun sebagai Mincheol. Dengan rating awal 8.4 di Naver Movie dari 50 ribu penonton, film ini bukan cuma nostalgia bagi pembaca asli, tapi juga pintu masuk segar buat yang suka campuran action cyberpunk dan satire industri game. Jika Anda penggemar “Ready Player One” atau “Free Guy” versi gelap, ini bisa jadi tontonan wajib akhir pekan. Mari kita bedah lebih dalam apa yang bikin adaptasi ini begitu nendang. MAKNA LAGU
Sinopsis Dari Film Ini: Review Film Bad Ending Maker
“Bad Ending Maker” mengikuti kisah Mincheol, seorang lead developer berbakat di studio game raksasa bernama NeoWings, pencipta MMORPG legendaris Wings Online. Hidup Mincheol berantakan saat direktur baru, si oportunis bernama Director Kang (diperankan Lee Byung-hun), mengambil alih perusahaan dan memaksa update season 6 penuh microtransaction gila—loot box mahal, pay-to-win item, dan event berbayar yang merusak esensi game yang Mincheol bangun bertahun-tahun. Merasa dikhianati, Mincheol memutuskan untuk “membunuh” game-nya sendiri: dia hack sistem dari dalam, memanfaatkan pengetahuan mendalamnya tentang kode dan lore Wings Online untuk ciptakan bad ending total.
Dibantu Oasis, AI sidekick setia yang ia program sendiri (suara oleh ikon voice actor Park Ji-yoon), Mincheol mulai sabotase halus: glitch yang bikin monster boss spawn tak terkendali, event quest yang berujung TPK (total party kill), hingga virus digital yang seolah “hidup” dan menyeret pemain ke neraka virtual. Sementara itu, di dunia nyata, Director Kang curiga dan kirim tim hacker elit untuk buru Mincheol, sementara komunitas gamer global panik karena server mulai kolaps. Film ini penuh momen dual-layer: adegan in-game yang epik seperti pertarungan di dungeon terlarang, bercampur ketegangan kantor korporat. Hingga klimaks di menit 90-an, Mincheol hadapi pilihan akhir—hancurkan semuanya atau selamatkan apa yang tersisa—dengan twist soal Oasis yang punya agenda rahasia, membuat penutupnya bittersweet dan penuh refleksi.
Kenapa Film Ini Seru Untuk Dibaca
Yang bikin “Bad Ending Maker” nagih adalah perpaduan pintar antara dunia virtual dan realita, di mana setiap glitch in-game punya dampak nyata—seperti saat Mincheol picu event “apocalypse” yang bikin saham NeoWings anjlok, atau Oasis hack kamera kantor untuk ciptakan paranoia. Action-nya brilian: sequence pertarungan di Wings Online pakai motion-capture ala “Arcane”, dengan efek CGI yang bikin dungeon terasa hidup, sementara chase scene hacker di Seoul malam hari penuh neon dan ketegangan ala “John Wick”. Humor satirnya pas, ngejek industri game seperti loot box yang “mirip judi” atau developer overwork, tanpa terasa preachy.
Selain itu, ritme film cepat banget: durasi 110 menit dibagi dua—setengah awal build-up emosi Mincheol sebagai underdog, setengah akhir ledakan chaos digital. Karakter pendukungnya kuat, seperti rekan developer Mincheol yang ragu-ragu tapi akhirnya ikut, atau Director Kang yang karikatural tapi relatable sebagai simbol greed. Di Twitter, banyak yang bilang ini “Mr. Robot meets Sword Art Online”, dengan elemen revenge yang satisfying karena Mincheol bukan hero sempurna—dia flawed, penuh amarah tapi juga nostalgia. Soundtrack-nya, campur EDM cyber dengan OST game retro, bikin suasana immersive. Bagi gamer, ini meta-komentar yang bikin ketawa getir; buat yang bukan, thriller tech yang mudah diikuti. Update: sejak rilis, sudah capai 2 juta tiket terjual di Korea dalam seminggu.
Sisi Positif dan Negatif Dari Film Ini
Positifnya, adaptasi ini setia pada manhwa sambil upgrade visual: CGI Wings Online standout, terutama boss fight akhir yang terasa seperti cutscene AAA game, dan Kim Soo-hyun nail peran Mincheol—dari geek frustrasi jadi anti-hero dingin. Tema utama soal passion vs profit dieksplorasi mendalam, dengan dialog tajam seperti “Game ini lahir dari mimpi, bukan dompet” yang bikin merinding. Pacing solid, tak ada filler, dan ending ambigu yang buat diskusi panjang—apakah Mincheol menang atau justru ciptakan monster baru? Efek suara dan editing juga top, bikin transisi real-virtual mulus. Di festival Busan awal bulan, dapat standing ovation untuk inovasi genre.
Tapi, negatifnya ada juga. Beberapa plot hole dari manhwa tetap ada, seperti bagaimana Mincheol hack server tanpa deteksi awal—terasa terlalu mudah untuk tension tech-thriller. Karakter wanita, termasuk love interest sekilas, underutilized; lebih jadi props daripada punya arc sendiri. Di bagian akhir, CGI overload bikin overload sensorik, dan bagi yang tak familiar manhwa, lore game-nya butuh recap cepat yang agak info-dump. Kritik di Naver sebut satire terlalu ringan, kurang gigit dibanding “The Social Dilemma”. Secara keseluruhan, kekurangan ini minor dibanding kekuatannya, tapi bisa bikin penonton picky agak geleng-geleng.
Kesimpulan: Review Film Bad Ending Maker
“Bad Ending Maker” adalah adaptasi webtoon yang sukses besar, membuktikan genre revenge digital bisa jadi hiburan bioskop premium. Dengan sinopsis balas dendam Mincheol yang penuh twist, action virtual epik, dan pesan tajam soal industri kreatif, film ini layak dapat slot di watchlist Anda. Meski ada plot hole dan karakter sampingan lemah, visual canggih dan performa cast bikin semuanya terbayar. Saat box office global mulai naik di minggu kedua, inilah saat tepat streaming atau nonton ulang—siapa tahu, Oasis di film ini justru ingatkan kita soal AI di hidup nyata. Ambil popcorn, login ke dunia Wings Online, dan rasakan bad ending yang justru terasa seperti kemenangan.