Review Komik Blue Lock

review-komik-blue-lock
Review Komik Blue Lock. Di tengah euforia sepak bola global pasca-Piala Dunia 2022, Blue Lock tetap jadi magnet bagi penggemar manga olahraga yang haus inovasi. Serial shonen karya Muneyuki Kaneshiro dengan ilustrasi Yusuke Nomura ini, yang debut di Weekly Shōnen Magazine pada Agustus 2018, kini telah tembus 35 volume per Agustus 2025, dengan chapter 319 baru saja rilis hari ini, 23 September 2025, pukul 11:00 ET via Kodansha. Kesuksesan adaptasi anime-nya tak kalah bombastis: season 1 tayang 2022, sementara season 2 vs. U-20 Japan—yang adaptasi arc ketiga—berakhir Desember 2024 dengan finale dua bagian, meski sempat kontroversi soal animasi Eight Bit yang dianggap kurang fluid. Hingga kini, manga ini capai 45 juta kopi beredar global, spin-off Episode Nagi tamat Juli 2025 setelah 36 chapter, dan stage play berbasisnya dijadwalkan November 2025 di Tokyo. Bagi yang baru, Blue Lock bukan sekadar cerita tendangan bebas; ini manifesto egoisme di lapangan hijau, di mana 300 striker muda dipaksa berebut takhta satu-satunya. Dengan chapter terbaru yang lanjutkan Neo Egoist League, mari kita kupas mengapa seri ini masih jadi benchmark sports manga 2025—dari plot brutal hingga pro-kontra yang bikin fans ribut. BERITA VOLI

Sinopsis Dari Komik Ini: Review Komik Blue Lock

Blue Lock dimulai dari kekecewaan Jepang usai Piala Dunia 2018: tanpa striker egois yang haus gol, timnas gagal bersinar. Japanese Football Association rekrut Jinpachi Ego, pelatih eksentrik yang bangun “Blue Lock”—fasilitas penjara untuk 300 forward SMA potensial. Aturannya sadis: kalah eliminasi permanen, menang jadi calon striker nomor satu Jepang. Protagonis Yoichi Isagi, siswa SMA biasa yang gagal nationals gara-gara pass altruistik, gabung program ini dengan tekad baru: egoisme total.

Cerita terbagi arc kompetitif: First Selection (tim 5v5 di lapangan mini), Second Selection (tim 3v3 plus survival tag), hingga Third Selection di season 2 anime—pertandingan Blue Lock Eleven vs. timnas U-20 Jepang, termasuk bintang Sae Itoshi. Isagi berevolusi dari underdog jadi “adaptor” cerdas, ciptakan “spatial awareness” untuk prediksi gerak lawan. Rival-rival ikonik seperti Rin Itoshi (saudara Sae, dingin dan jenius), Seishiro Nagi (jenius malas dari spin-off), dan Michael Kaiser (antagonis Eropa di arc Neo Egoist League) tambah ketegangan. Hingga chapter 319, plot geser ke liga internasional di mana Isagi hadapi PXG (Paris X Gen) dan tim-tim Eropa, ungkap lore lebih dalam soal “ego” sebagai senjata pamungkas. Ini bukan sepak bola realistis; setiap gol simbolkan pertarungan psikologis, di mana pass tim diganti dribel solo untuk raih “evolusi” pribadi.

Alasan Komik Ini Enak Dibaca

Yang bikin Blue Lock nagih adalah perpaduan strategi sepak bola dengan elemen battle shonen—bayangkan Hunter x Hunter tapi di lapangan rumput. Setiap chapter seperti ronde tinju: dialog tajam ungkap mindset rival, seperti Rin yang sebut lawan “trash” untuk picu api kompetisi, ciptakan hype yang bikin jantung berdegup. Nomura’s art style dinamis—panel kinetik gambarkan tendangan melengkung atau “metavision” Isagi seperti slow-mo superpower—bikin pembaca rasakan adrenalin gol. Konsep “egoist” unik: bukan teamwork klise ala Haikyuu!!, tapi dorong individualisme brutal yang relatable buat siapa saja yang pernah iri sukses orang lain.

Pacingnya rapat, dengan arc pendek penuh twist—dari eliminasi mendadak di First Selection hingga comeback epik vs. U-20. Bahkan tanpa suka bola, elemen psikologisnya (trauma masa kecil yang ubah gaya main) tarik minat, plus humor ringan dari karakter eksentrik seperti Barou yang sebut diri “raja”. Pasca-season 2 anime yang kontroversial, manga asli terasa lebih superior: detail taktik tak terpotong, dan chapter mingguan di Kodansha beri rasa progres konstan. Singkatnya, enak dibaca karena beri katarsis—seperti Isagi, pembaca ikut “evolusi” dari pembaca pasif jadi analis taktik yang ketagihan.

Sisi Positif dan Negatif Komik Ini

Positif Blue Lock melimpah di inovasi genre: tema egoisme vs. kolektivisme segar, ubah sports manga dari “semangat tim” jadi kritik sosial tajam soal ambisi individu di Jepang modern. Karakter berlapis—Isagi relatable sebagai pemikir, Rin ikonik sebagai anti-hero dingin—ciptakan rivalitas autentik, sementara art Nomura’s makin matang: shading dramatis dan desain seragam U-20 beri vibe pro-level. Penjualan 45 juta kopi dan Kodansha Manga Award 2021 bukti impact-nya, plus adaptasi sukses seperti game Blaze Battle 2024 tambah immersion. Dialog “brutal” (seperti “fuck off” Ego di manga) beri edge yang hilang di anime, bikin diskusi Reddit panas soal “apakah egoisme beneran menang?”

Tapi, negatifnya tak bisa diabaikan. Writing kadang mid: plot over-dramatisasi (trauma universal hampir semua karakter) terasa forced, dan trope shonen seperti power-up mendadak bikin kurang realistis—kritik umum di MyAnimeList soal “cringy dialogue” yang lebih parah di anime. Arc panjang seperti Neo Egoist League mulai repetitif, fokus match demi match tanpa resolusi cepat, plus minim karakter wanita (hampir nol romance) bikin kurang beragam. Hiatus sporadis dan leaker yang bikin spoiler bocor juga frustrasi fans. Secara keseluruhan, kekurangan ini lahir dari formula panjang (300+ chapter), tapi bagi purist sepak bola, twist seperti “metavision” terasa terlalu superpowered, mirip Kuroko’s Basketball versi bola.

Kesimpulan: Review Komik Blue Lock

Blue Lock adalah revolusi sports manga yang pantas hypenya: sinopsis kompetitif yang brutal, alasan kuat untuk binge berkat taktiknya yang adiktif, dan keseimbangan pro-kontra yang bikin ia timeless di 2025. Dari underdog Isagi jadi egoist striker, seri ini ingatkan bahwa kemenangan lahir dari lapar gol—pesan motivasi di balik tendangan liar. Dengan chapter 319 hari ini yang hint pertarungan Eropa lebih ganas, dan stage play November yang bakal hidupkan rivalitasnya, momentumnya lagi puncak. Jika belum, mulai dari volume 1 di Kodansha—siapa tahu, ego Anda sendiri bakal bangun. Di era manga overload, Blue Lock bukti: satu gol egois bisa ubah seluruh permainan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *